Makna Spiritual Tradisi Kliwonan Di Desa Tegaltaman

Beritanyajawabarat-Indramayu, Tradisi kliwonan merupakan sebuah upacara yang dilakukan pada setiap neptu Jumat Kliwon. Masyarakat Desa Tegaltaman mempercayai bahwa hari Jumat Kliwon di anggap sakral. Sehingga muncul nilai akulturasi antara nilai spritual itu sendiri dengan manusia dalam beragama. Adanya akulturasi kemungkinan disebabkan faktor hubungan timbal balik antara Islam dengan budaya lokal.

Budaya dan tradisi masyarakat Jawa sendiri sudah ada sejak zaman nenek moyang. Setelah Islam masuk ke Pulau Jawa . Islam memadukan budaya Islam sendiri dengan budaya Jawa yang kemudian melahirkan kebudayaan baru tanpa meninggalkan budaya lama.

Salah satu kebudayaan masyarakat Tegaltaman adalah malam Jumat Kliwon, agama Islam memasukkan ritual yang berwujud doa-doa, ziarah kubur, pengadaan yasinan, bersih benda pusaka dsb.

Maka dari itu, dikarenakan ritual ini dilakukan pada malam Jumat Kliwon ( budaya Kliwonan.) tradisi ini sampai sekarang masih banyak dilakukan oleh masyarakat Tegaltaman yang dapat dilihat dari ramainya makam-makam saat jumat kliwon, pengadaan slametan dan jamasan pusaka bagi masyarakat yang mempunyai keris, kliwonan ini sangat bermakna bagi masyarakat sebagai ciri dari kearifan lokal .

Kuwu desa Tegaltaman, Makrus Hadi Priyitno mengatakan, Tradisi Jumat Kliwonan sebagai Kearifan Lokal dan Kliwon merupakan salah satu sistem penanggalan Jawa yang dianggap spesial.

Hal ini dikarenakan dalam tradisi Jawa, Kliwon lekat dengan konsep penghapusan, pembatalan, pelepasan, atau pembersihan diri dari segala jenis mara bahaya sehingga manusia lebih dekat dengan keselamatan.

Dikatakannya Makrus Hadi, Jika dalam agama Islam malam Jumat atau hari Jumat identik dengan hari besar dikarenakan banyaknya kemuliaan yang ditawarkan, lain halnya dengan budaya turun-temurun yang banyak memaknai malam Jumat dengan ritual-ritual mistis tertentu.

” Tradisi Kliwonan di Pemdes Tegaltaman merupakan sarana mengenang jasa leluhur dengan memanjatkan doa, tahlil dan tahmid,” ujar Makrus Hadi.

Namun kata Makrus Hadi bahwa berbagai jenis budaya, kebiasaan, dan ritual dilakukan masyarakat secara turun-temurun untuk memperingati tradisi Kliwonan. Mulai dari ziarah ke Makam, ngalap berkah, serta ritual lainnya yang dianggap sakral sebagai ungkapan rasa syukur

Seiring berjalannya waktu, beberapa prosesi ritual dalam tradisi Kliwonan telah banyak ditinggalkan. Tradisi Kliwonan kini lebih semarak diisi dengan doa bersama disurau atau masjid memanjatkan doa kepada Allah SWT, Jelasnya. ( Uri Damuri )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

gugat jokowi

gugat jokowi