Meningkatkan Efektivitas Pendidikan Karakter sebagai Upaya Mencegah Kenakalan Remaja
(Sebuah Opini dan Solusi)
Oleh : H. Sujaya Suwirya, S.Pd.
(Wakasek Humas SMPN 3 Sindang lndramayu)

Meningkatkan Efektivitas Pendidikan Karakter sebagai Upaya Mencegah Kenakalan Remaja
(Sebuah Opini dan Solusi)
Oleh : H. Sujaya Suwirya, S.Pd.
(Wakasek Humas SMPN 3 Sindang lndramayu)

  1. Urgensi Pendidikan Karakter
    Pendiidikan karakter merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan. Karakter merujuk pada kepribadian seseorang yang tercermin dari tingkah laku dan perilakunya. Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk individu yang memiliki karakter yang kuat dan positif, sehingga mampu menjadi pribadi yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. ( Slamet Sukmawijaya, madrasahdigital.com)

Pendidikan karakter adalah pendidikan yang sangat penting bagi kita terutama bagi anak-anak yang masih dalam dunia pendidikan, karena pendidikan karakter dalam dunia pendidikan ini dijadikan sebagai wadah atau proses untuk membentuk pribadi anak agar menjadi pribadi yang baik. Sebagai tenaga pendidik seorang guru juga perlu memberikan contoh perilaku yang baik kepada peserta didik, karena perilaku guru merupakan teladan bagi anak didik.

Dalam dunia pendidikan memang pendidikan karakter sangat di butuhkan oleh peserta didik untuk membentuk pribadi yang baik, bijaksana, jujur, bertanggung jawab, dan bisa menghormati orang lain.

Pendidikan karater adalah pendidikan yang dilakukan untuk membentuk kepribadian seseorang agar menjadi pribadi yang baik. Dalam dunia pendidikan, pendidikan karakter memang sangat penting bagi peserta didik, untuk bekal mereka ketika sudah bekerja ataupun terjun di kehidupan masyarakat.

Pendidik perlu membentuk kepribadian peserta didik mulai sejak dini agar menjadi pribadi yang baik. Tetapi pada kenyataanya pendidikan sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri dan kurang memperhatikan perkembangan otak kanan. 

Proses belajar juga berlangsung secara pasif dan kaku sehingga peserta didik menjadi jenuh bahkan ada juga yang tidur di dalam kelas. Pendidikan yang berkaitan dengan pendidikan karakter (seperti budi pekerti, dan agama) ternyata pada prakteknya lebih menekankan pada aspek otak kiri (hafalan, hanya sekedar tahu). Secara tidak langsung pendidikan yang seperti ini telah membunuh karakter anak bangsa sehingga menjadi tidak kreatif. Dengan adanya hal demikian kita sebagai calon pendidik bisa merubah pendidikan sekarang ini menuju pendidikan yang bermutu yang tidak hanya mengedepankan aspek kognitif saja tetapi juga harus memperhatikan sikap afektif dan psikomotoriknya juga. Ketika kita bisa melakukan hal tersebut maka pendidikan yang sekarang ini akan bisa menumbuhkan jiwa-jiwa yang berkarakter tinggi dan berpengetahuan luas.

Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia yang bermoral, membentuk manusia Indonesia yang cerdas dan rasional, membentuk manusia yang inovatif dan suka bekerja keras, optimis dan percaya, dan berjiwa patriot. Dengan demikian pendidikan yang sangat dibutuhkan saat ini adalah pendidikan yang dapat mengintegrasikan pendidikan karakter dengan pendidikan yang dapat mengoptimalkan perkembangan seluruh dimensi anak baik dari ranah kognitif, fisik, sosial-emosi, kreativitas dan spiritual harus seimbang. 

Pendidikan dengan model pendidikan seperti ini berorientasi pada pembentukan anak sebagai manusia yang utuh, dan pendidikan yang, padahal pendidikan yang di tuntut saat ini adalah pembelajaran yang berpusat pada aktivitas peserta didik (Student Centris) dalam suasana yang lebih demokratis, adil, manusiawi, menyenangkan, membangkitkan minat belajar, merangsang timbulnya inspirasi, imajinasi, kreasi, inovatif dan semangat hidup. Dengan demikian secara tidak langsung pendidik yang hanya mengedepankan aspek kognitif saja sudah membunuh karakter anak. Dengan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik akan menjadikan kualitas peserta didik menjadiunggul tidak hanya dalam aspek kognitif, namun juga dalam karakternya. Anak yang unggul dalam karakter akan mampu menghadapi persoalan dan tantangan dalam hidupnya.

Seharusnya pendidikan saat ini harus berpusat pada peserta didik, dan sebagai pendidik kita harus bisa membuat anak agar bisa berfikir secara kritis dan analitis. Dengan begitu kita secara tidak langsung akan menumbuhkan karakter anak untuk bisa berkreasi. Dengan adanya pendidikan karakter di dalam dunia pendidikan maka generasi dimasa depan yang terjun dalam dunia politik akan terhindar dari korupsi dan bisa menjadi pemimpin yang lebih mengedepankan rakyatnya. Sehingga bisa menjadi pemimpin yang berakhlak mulia, jujur, bertanggung jawab.

Dengan adanya pemimpin yang berkarakter baik diharapkan bisa menjadikan negara ini aman dan terhindar dari korupsi. Karena majunya sebuah negara tergantung dari siapa yang memimpin negara tersebut. Pemimpin yang diinginkan oleh rakyat adalah pemimpin yang memiliki sifat sidiq yaitu pemimpin yang benar artinya pemimpin yang benar-benar mementingkan kehidupan rakyatnya tanpa mengharapkan imbalan dan bukan hanya perkataannya yang benar tetapi juga perbuatannya jadi antara perkataan dan perbuatan sejalan. 

Yang ke dua yaitu pemimpin yang memiliki sifat amanat yang berarti pemimpin yang bisa melaksanakan atau mengemban amanat yang sudah diberikan atau dapat dipercaya jika diberikan urusan atau pekerjaan yang diberikan kepadanya maka niscaya urusan itu akan di laksanakan dengan baik. Ke tiga pemimpin yang mempunyai sifat tablig pempimpin yang bisa menyampaikan amanah dengan baikdan jujur. Dan ke empat pemimpin yang mempunyai sifat fatonah yaitu pemimpin yang cerdas baik dari segi pengetahuan maupun sikapnya, jadi ketika seseorang sudah memiliki ke empat sifat tersebut maka negara ini bisa menjadi negara yang berkualitas unggul, dan terhindar dari korupsi. Karena memiliki pemimpin yang berjiwa mulia.

  1. Krisis Kenakalan Remaja
    Remaja adalah masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak menuju ke dewasa. Sebelum dewasa, individu akan mengalami masa dimana terjadi peralihan untuk benar-benar mematangkan dirinya menuju masa dewasa. Dewasa ini masa remaja di sebut-sebut masa yang paling rawan dihadapi individu sebagai anak.

Kaitannya masa remaja disebut sebagai masa yang rawan adalah ancaman yang mengintai anak yang beranjak remaja yaitu ‘kenakalan remaja’. Kenakalan tadi bisa disebut sebuah penyimpangan sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang mengakibatkan masalah dalam masyarakat. 

Penyebab dari kenakalan remaja tidak hanya satu ataupun dua penyebab saja, pada dasarnya remaja akan membentuk suatu kelompok sendiri, yang memiliki kesamaan tertentu yang pada akhirnya akan menjadi identitas. (https://www.kompasiana.com/dionadhistira1703/62f5179e08a8b5690b4fd212/kenakalan-remaja-sebagai-bentuk-krisis-sosial-masyarakat)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, disebutkan bahwa Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan, atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak ke dewasa. Kenakalan Remaja merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial yang pada akhirnya menyebabkan perilaku menyimpang.

Fenomena kenakalan-kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma dalam masyarakat, pelanggaran status, maupun pelanggaran terhadap hukum pidana. Pelanggaran status seperti halnya kabur dari rumah, membolos sekolah, merokok, minum minuman keras, balap liar, dan lain sebagainya. Pelanggaran status ini biasanya tidak tercatat secara kuantitas karena bukan termasuk pelanggaran hukum. Sedangkan yang disebut perilaku menyimpang terhadap norma antara lain seks pranikah di kalangan remaja, aborsi, dan lain sebagainya. Hubungan antara tingkat kontrol diri dengan kecenderungan perilaku kenakalan remaja

Menurut penelitian yang dilakukan Balitbang Departemen Sosial (2002), Hamzah (2002, Prahesti (2002), mengindikasikan bahwa kematangan emosi pada remaja yang masih labil merupakan salah satu faktor terjadinya kenakalan remaja. Tidak matangnya emosi seseorang ditandai dengan meledaknya emosi di hadapan orang lain, tidak dapat melihat situasi dengan kritis, dan memiliki reaksi emosi yang tidak stabil. Sebaliknya matangnya emosi seseorang ditandai dengan tidak meledaknya emosi di hadapan orang lain, dapat penilaian situasi kritis dan memiliki reaksi emosi stabil dan kepercayaan diri seperti percaya pada kemampuan diri sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki konsep diri yang positif dan berani mengungkapkan pendapat.

Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan dalam pemenuhan tugas perkembangan. Beberapa remaja gagal dalam mengembangkan kontrol diri yang sudah dimiliki remaja lain seusianya selama masa perkembangan. Keberhasilan dalam pemenuhan tugas perkembangan menjadikan remaja sadar dan peka terhadap norma, sehingga remaja mampu menahan dorongan pemuasan dalam diri agar tidak melanggar norma dan aturan yang berlaku. Sebaliknya, kegagalan dalam tugas perkembangan ini, akan menyebabkan individu remaja menjadi kurang peka terhadap norma dan aturan yang berlaku. Ini menyebabkan individu remaja menjadi rentan berperilaku melanggar aturan bahkan melakukan tindakan kriminal.

Di Indonesia salah satu bentuk kenakalan remaja yang marak dijumpai, terutama di kota-kota besar adalah tawuran pelajar. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat terjadinya tren peningkatan angka kasus tawuran di kalangan pelajar sepanjang tahun 2018.

  1. Solusi Problematika Kenakalan Remaja

Jenis kenakalan
Kenakalan biasa, seperti berkelahi, keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit.
Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan, seperti mengendarai kendaraan bermotor tanpa SIM, mengambil barang orang tua atau orang lain tanpa ijin.
Kenakalan khusus, seperti penyalahgunaan obat terlarang, seks bebas, pencurian.
Kenakalan remaja juga dibagi menjadi tiga yaitu:

Kenakalan, kejahatan yang dilakukan anak dibawah umur yang menyebabkan anak tersebut harus berhadapan dengan hukum dan ditangani dengan sistem peradilan anak.
Perilaku kriminal, kejahatan yang ditangani oleh peradilan pidana.
Pelanggaran status, pelanggaran yang termasuk pelanggaran ringan. Contoh: bolos sekolah.
Ada beberapa jenis kenakalan yang muncul pada remaja. Salah satunya adalah kenakalan berulang, yang mana dimulai dengan menyinggung atau menunjukkan perilaku anti sosial/agresif pada masa remaja (atau bahkan sejak kanak-kanak) dan berlanjut hingga dewasa.( wikipwedia)

Kenakalan remaja dipengaruhi faktor-faktor tertentu baik eksternal maupun internal.

Faktor internal:
Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya bentuk integrasi.

Kontrol diri yang lemah. Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’.

Faktor eksternal:
Keluarga
Perceraian orangtua, anggota atau perselisihan antar keluarga.

Cara Jitu Mencegah Kenakalan Remaja
Masa remaja merupakan masa di mana anak sedang mencari jati diri mereka, sehingga peran orang tua sangat penting untuk membimbing dan mendampingi mereka agar tidak salah arah. Pasalnya, tidak sedikit kasus kenakalan anak remaja yang ditemukan di masyarakat, mulai dari tawuran, narkoba, hingga pergaulan bebas.

Beberapa cara untuk mencegah kenakalan remaja yang bisa dilakukan orang tua:

1). Tanamkan Nilai-nilai Baik Sejak Dini
Tidak hanya kemampuan akademisnya, orang tua juga perlu memperhatikan perkembangan karakter dan spiritualitas anak. Ajarkan pada anak mengenai nilai-nilai agama dan norma yang baik sedari kecil. Contohnya seperti sopan santun, harus saling menolong dan menghargai, tidak melakukan kekerasan atau merugikan orang lain, dan lain-lain.

Ajarkan juga pada anak mengenai pendidikan seks dan juga bahaya penggunaan obat-obatan terlarang. Dengan menanamkan nilai-nilai baik tersebut sejak dini, anak bisa bertumbuh mengetahui apa yang baik dan boleh dilakukan, dan mana yang tidak baik dan perlu dihindari.

2.) Beri tahu Konsekuensinya
Ketika anak remaja melakukan kenakalan, jangan membentak atau memberikan hukuman fisik. Perilaku buruk apa pun memang tidak bisa diterima. Bila mereka menyontek, berkelahi atau bertengkar dengan temannya, bermain game seharian dan melupakan belajar, biarkan mereka menanggung akibat dari perilakunya tersebut dan memperbaikinya.

Memberi hukuman fisik yang keras bukan cara yang tepat dalam mengatasi kenakalan remaja. Namun, beritahulah mereka konsekuensi dari tindakan mereka pada diri mereka sendiri dan juga orang lain. Dengan begitu, anak remaja akan mengetahui mengapa perbuatan tersebut tidak baik dan belajar bertanggung jawab atas tindakan mereka.

3.) Jaga Komunikasi Tetap Terbuka
Di tengah kesibukan ibu, ayah, dan juga anak remaja, usahakanlah untuk memiliki waktu berkualitas bersama. Entah itu nonton film bersama, makan malam bersama, dan lain-lain. Dengan begitu, orangtua bisa membangun hubungan yang dekat dengan anak, sehingga ibu dan ayah bisa memahami anak lebih dekat, serta mengetahui perasaan ataupun permasalahan yang sedang dirasakan oleh anak.

Selain itu, ibu dan ayah juga bisa menggunakan waktu tersebut untuk memberikan teladan, atau nasihat-nasihat yang berguna untuk mencegah kenakalan remaja.

4.) Dorong Anak untuk Mengikuti Kegiatan Positif
Tidak hanya baik untuk perkembangan kemampuan anak, melakukan kegiatan positif seperti olahraga, hobi, aktivitas keagamaan, dan lain-lain, juga bisa menghindarkan anak dari lingkungan pergaulan yang buruk. Selain itu, mendorong anak mengikuti kegiatan positif juga akan memungkinkan anak memiliki komunitas dan merasa diterima, sehingga kecil kemungkinannya ia akan terlibat dalam kenakalan remaja.

5). Bersikap Tegas
Bila anak remaja ibu membuat masalah, baik di rumah, sekolah, organisasi dan lain-lain, ibu tetap harus bertindak tegas dengan memberikan hukuman. Menindaklanjuti perilaku anak dengan hukuman yang ibu tetapkan, akan membantu anak remaja ibu memahami bahwa mereka tidak bisa lolos, dari konsekuensi akibat perilaku buruk dan perbuatan salah mereka. Berilah hukuman yang sewajarnya sambil memberitahu harapan ibu agar mereka bisa memperbaiki perilakunya tersebut.

Referensi :

  1. Law Office of Kimberly Diego Criminal Defense. Diakses pada 2022. Preventing Juvenile Delinquency: 6 Tips for Parents.
    K.R Mangalam. Diakses pada 2022. The Right Way to Handle Naughty Children.
  2. https: //www.kompasiana.com/dionadhistira1703/62f5179e08a8b5690b4fd212/kenakalan-remaja-sebagai-bentuk-krisis-sosial-masyarakat.
  3. Wikipedialndonesia, kenakalan remaja.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

gugat jokowi

gugat jokowi